Menjadi Anak Perempuan: My First Love

23.47

Rabu, 24 Februari 2016.
Halaman blog ku sudah lama tak dikunjungi, pun oleh pemiliknya. Sebenarnya ada banyak cerita yang bisa saja jadi pelepas rindu di halaman blog ini. Tapi rasa-rasanya semalam penuh pun tak akan cukup untuk menuangkannya dalam rentetan kata.
Baiklah, aku rasa topik 'Menjadi Anak Perempuan' adalah topik yang pas untuk aku bahas dalam ulasan opini pribadi ala Anggi Siregar. Mengapa demikian? Nyatanya perbincangan dengan tema ini selalu menjadi 'main course' tiap kali aku dan teman-teman perempuanku menghabiskan waktu untuk bersua atau sekedar haha hihi sekaligus santap siang atau sore.
Bukannya jengah dengan topik atau bahkan pertanyaan yang sama berulang-ulang, aku menulis ini sekedar untuk berbagi mengenai apa yang aku pikirkan ketika aku harus 'tercebur' ke dalam pembahasan topik tersebut lagi dan lagi. Tulisan ini juga bukan berarti absolut benar dan menyamaratakan keadaan, tapi sekali lagi ini hanyalah buah pikir dan merupakan sesuatu yang aku percayai.
Well, berikut ini adalah bagian satu dari topik besar kita 'Menjadi Anak Perempuan'


"My first love"
Bagi setiap anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya. Sesosok laki-laki tangguh pertama dalam hidupnya. Beliau tampak menjadi sosok yang tak pernah lelah membuatmu tertawa dan juga selalu memastikan pendidikan dan cita-cita mu akan teraih sempurna. Membimbingmu dan menjadi patokan ideal bagi calon pendamping hidupmu.
Ayah adalah orang nomor satu bagi anak perempuan kebanyakan.
Lalu bagaimana dengan Ibu?

Ibu adalah gambaran ideal tentang bagaimana seorang istri nantinya bagi tiap anak laki-laki.
Bagi anak perempuan, Ibu adalah cermin kehidupan beberapa tahun ke depan. Tak banyak anak perempuan yang gampang mengungkapkan cintanya kepada Ibu ketimbang Ayahnya.
Anak perempuan biasanya akan melihat ketabahan dan ketelatenan Ibu dalam mengurus rumah tangga dan dalam menjaga keharmonisannya. Dari seorang Ibu, seorang anak perempuan menciptakan figur seperti apa kelak ia saat menjadi Ibu. Hal yang tak ia sukai, ia jadikan daftar dont dan hal yang berdampak baginya akan ia masukkan ke dalam daftar do.
Semakin bertambah usia seorang anak perempuan, hubungan Ibu dan anak perempuan ini akan semakin membaik. Ibu akan semakin banyak bercerita, sekedar mengobrol, atau bahkan akan sering sering memberi petuah kehidupan.
Namun dalam kisah tiap anak perempuan kebanyakan, ayah hampir sama pentingnya seperti karakter superhero dalam komik Marvell.
-----
Lalu bagaimana denganku?
Jujur aku akui, aku memang lebih banyak berdiskusi dengan Papa sejak dahulu. Sejak aku kecil. Tapi, aku adalah orang yang memang sangat dekat dengan keluargaku. Papa, Mama, dan adikku. Ketimbang menghabiskan waktu berjalan jalan dengan segerombolan rekan sebaya, sejak kecil aku memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Papa dan Mamaku.
Papa dan Mama sering takut aku hilang diculik saat berjalan sendiri atau  bahkan tenggelam saat berenang. Oleh sebab itu, aku lebih sering bepergian bersama dengan orang tuaku. Aku amat sering pergi menghabiskan sabtu malam sambil menyaksikan pilihan box office movie ala Papa dan Mama pada slot midnight bersama Papa dan Mama. Sama halnya dengan menonton di bioskop, aku pun selalu pergi berenang bersama dengan orang tua ku.
Dalam kehidupanku, aku bersyukur karena di luar waktu bersama organisasi, aku telah menabung banyak waktu bersama dengan Papa, Mama, dan adikku. Bagiku, Papa dan Mama adalah orang yang wajib aku buat bangga dan senang hatinya sekaligus menjadi bakti-ku selagi aku masih sendiri. Karena aku paham, lepas nanti aku menikah, bakti ku akan ku alamatkan pada suamiku. Hal ini tentu berbeda dengan anak laki-laki.
Kembali pada topik cinta pertamaku, Papa adalah memang cinta pertamaku. Beliau adalah sosok tangguh, serius, humoris, tapi juga ter-SKSD pada strangers yang pernah aku tau. Papa adalah ahli di perkara ekonomi, perbankan, manajerial, public speaking, organisasi, dan sosial. Beliau juga merupakan negosiator ulung, dan seorang pelawak. Selain itu beliau adalah kotak ide, sumber kebijaksanaan, dan juga engineer.
Papa adalah paket lengkap, sementara Papa dan Mama adalah kombinasi duo yang sempurna. Dalam pembagian membangun karakterku, Papa adalah insinyur dari buah pikir dan sosialku. Mama adalah creator pada attitude dan juga cara aku berpenampilan. Unggah unguh juga buah sumbangan kepiawaian Mama menataku.
Papa jelas menjadi gambaran ideal bagi calon pendamping hidupku nantinya.
Dear my future husband, aku tidak pernah menuntut kesempurnaan. Pun Papa aku juga tidak akan pernah menjadi pribadi yang sempurna. Kita, aku dan kamu bisa menjalaninya bersama dan tiap buah usahamu akan menjadi hal-hal yang akan paling dikenang oleh putrimu.
Kamu akan menjadi cinta pertama putrimu, dan dia akan terus membanggakanmu di setiap ceritanya. Berbanggalah dan jadikan hal tersebut motivasi agar kita nantinya bisa mengarungi hal ini bersama. Jangan menjadi beban apa yang menjadi wajibmu. Jadikanlah sesuatu yang kamu cintai untuk lakukan agar putrimu pun berbangga padamu.
Ingatlah, seorang nahkoda dan/atau kapten kapal tak akan pernah menaklukkan lautan seorang diri. Akan ada navigator yang berada di sampingnya dan siap menjadi penunjuk arah sekaligus temannya bercerita pun menjadi supporter setia pada tiap keputusan yang diambil.
Inilah bagaimana kisah anak perempuan dan cinta pertamanya, Ayah.
- Anggi Siregar -

You Might Also Like

0 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images